Selasa, 08 November 2011

ABRASI KORNEA


ABRASI KORNEA
A. PENDAHULUAN
            Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.(2,4)
Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari.(8,9)            
B. ANATOMI
            Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang jernih dan bening, bentuknya dan bening, bentuknya hampir sebagai lingkaran dan sedikit lebih lebar pada arah transversal (12mm) dibanding arah vertikal. Kornea disisipkan ke sklera di limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai ketebalan 0,54mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda.Dimulai dari lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membran descemen dan lapisan endotel.(3,4,5)





 





Dikutip dari kepustakaan (6) : Tampak lima lapisan kornea
C. DIAGNOSIS
            Pada abrasi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri pada mata, fotopobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus berat, dengan edema yang berat harus diperhatikan pada lapisan membran descemen juga. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada daerah yang berwarna hijau. Misalnya pada gambar berikut : (2,5,8,9,10,11)
FIG20A





Dikutip dari kepustakaan (handbook) : Tampak lima lapisan kornea

D. PENATALAKSANAAN
            Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat membantu menghilangkan nteri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas dari pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk meyakinkan bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.(8) 
            Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus sedang dan cyclopentolate 1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim, gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen).(9)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan  atau hingga beberapa tahun. (2,8,11)
F. PROGNOSIS
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. Pada abrasi yang terjadi agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan jaringan sikatriks berupa nebula, makula ataupun leukoma kornea.(3,8)


DAFTAR PUSTAKA

  1. Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004. Hal : 259,264-5.
  2. James, Bruce., Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Erlangga, Jakarta, 2006. Hal : 177,181,182,184.
  3. Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta, 2002. Hal : 263-6.
  4. Vaughan, Daniel,G., Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya Medika, Jakarta, 2000. Hal: 380,384.
  5. Batterburry, Mark., Trauma : Ophthalmology. Elsevier, London, 2007. Hal : 76,78.
  6. Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth Heinemann,  London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.
7.      Sumarsono, Contusio Oculi. Available at http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html. Accessed on : February 24th 2009.
8.      Anonim, Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at http://www.healthatoz/transform.jps.html. Accessed on : February 24th 2009.
9.      Anonim, Corneal Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html. Accessed on : February 24th 2009.
10.  Anonim, Corneal Abrasion. Available at http://www.emedicine.com/799316-overview.html. Accessed on : February 25th 2009.
11.  Anonim, Corneal Abrasion. Available at http://www.wikipedia.com/ corneal_abrasion.html. Accessed on : February 25th 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar