ABRASI
KORNEA
A. PENDAHULUAN
Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea
mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian
sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda
asing dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan
sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat
kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan
terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial
mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep
antibiotik dan pelindung mata.(2,4)
Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial,
hanya sebatas lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi
hingga pada membran descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut.
Abrasi dapat diakibatkan oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi
untuk make-up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari.(8,9)
B. ANATOMI
Dinding
bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang jernih dan
bening, bentuknya dan bening, bentuknya hampir sebagai lingkaran dan sedikit
lebih lebar pada arah transversal (12mm) dibanding arah vertikal. Kornea
disisipkan ke sklera di limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai ketebalan
0,54mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari
anterior ke posterior, kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda.Dimulai
dari lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membran descemen dan lapisan
endotel.(3,4,5)
Dikutip dari kepustakaan (6) : Tampak lima
lapisan kornea
C. DIAGNOSIS
Pada abrasi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang
didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri
pada mata, fotopobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata
berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek yang
terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada kasus
berat, dengan edema yang berat harus diperhatikan pada lapisan membran descemen
juga. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada daerah
yang berwarna hijau. Misalnya pada gambar berikut : (2,5,8,9,10,11)
Dikutip dari kepustakaan (handbook) : Tampak
lima lapisan kornea
D. PENATALAKSANAAN
Abrasi
kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik
dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat membantu
menghilangkan nteri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan bertujuan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang
terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang
sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini
dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun
untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas
dari pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk
meyakinkan bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.(8)
Sebagai langkah awal, diberikan
pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine
1% pada kasus yang berat, hematropine
5% pada kasus sedang dan cyclopentolate
1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat
topical antibiotic yang terdiri dari polytrim,
gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya
pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan
pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen).(9)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi
secara baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga
pada daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi
pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga beberapa tahun. (2,8,11)
F.
PROGNOSIS
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis
yang baik. Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. Pada abrasi yang terjadi agak dalam dapat terjadi
penyembuhan dengan jaringan sikatriks berupa nebula, makula ataupun leukoma
kornea.(3,8)
DAFTAR PUSTAKA
- Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004. Hal : 259,264-5.
- James, Bruce., Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Erlangga, Jakarta, 2006. Hal : 177,181,182,184.
- Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta, 2002. Hal : 263-6.
- Vaughan, Daniel,G., Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya Medika, Jakarta, 2000. Hal: 380,384.
- Batterburry, Mark., Trauma : Ophthalmology. Elsevier, London, 2007. Hal : 76,78.
- Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth Heinemann, London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.
7.
Sumarsono, Contusio
Oculi. Available at http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html.
Accessed on : February 24th 2009.
8.
Anonim, Corneal
Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at http://www.healthatoz/transform.jps.html.
Accessed on : February 24th 2009.
9.
Anonim, Corneal
Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html.
Accessed on : February 24th 2009.
10. Anonim,
Corneal Abrasion. Available at http://www.emedicine.com/799316-overview.html.
Accessed on : February 25th 2009.
11. Anonim,
Corneal Abrasion. Available at http://www.wikipedia.com/ corneal_abrasion.html. Accessed
on : February 25th 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar